Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

IP

Selasa, 17 Maret 2009

ANALISIS PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TAHUN 2008 S.D 2025 DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DKL (Studi Kasus di Propinsi Sulawesi Selatan)

Abstrak

Permintaan listrik akan meningkat setiap tahun sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan kemajuan teknologi secara keseluruhan. Faktor yang paling penting dalam perkembangan adalah permintaan listrik yang harus harus dipenuhi dalam kehidupan ini. Untuk proyeksi kebutuhan listrik berdasarkan akumulasi daerah penjualan PLN untuk 17 periode yaitu tahun (2008 sampai 2025) Sulawesi Selatan. Data historis yang diperlukan Dinas Perencanaan Sistem PT. PLN (persero) dalam menyusun proyeksi kebutuhan listrik per sector provinsi PLN dari tahun 2008 s.d. tahun 2025 dengan mengunakan model MARKAL yang selanjudnya dikenal dengan model DKL 3.01 adalah penjualan listrik PLN per wilayah pemasaran, jumlah penduduk, PDB (produk domestic bruto), dan ratio elektrifikasi.

Kata kunci : proyeksi, model MARKAL, model DKL, ratio elektrifikasi


I. Pendahuluan

Peranan energy dalam pembangunan di Indonesia sangat besar. Energi mempunyai peran ganda, yaitu sebagai penghasil devisa melalui ekspor komoditas energy dan sebagai bahan bakar serta bahan baku untuk penggerak kegiatan perekonomian yang mendukung industrialisasi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, diperkirakan permintaan energy akan terus meningkat karena adanya keterbatasan sumber daya energy, maka perlu mengoptimalkan penggunaan energy melalui perencanaan energy terpadu.
Studi mengenai perencanaan energy sangat bervariasi. Kajian dapat dilakukan dari system perencanaan yang sederhana sampai system yang kompleks sehingga menghasilkan perencanaan energy terpadu. Alat yang digunakan untuk perencanaan energy dapat berupa model energy. Berbagai model energy telah dikembangkan untuk membantu perencanaan energy, model yang didasarkan ekonometrikal atau teknik statistika banyak digunakan untuk membuat proyeksi kebutuhan energy jangka panjang. Sedangkan untuk strategi penyediaan energy, banyak digunakan teknik optimasi dengan fungsi obyaktif tertentu.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985, maka Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) berisi antara lain perkiraan kebutuhan tenaga listrik, sasaran penyediaan tenaga listrik menurut sector pemakai, jumlah desa yang dilistriki dan sasaran rumah tangga yang akan dilistriki, sarana penyediaan tenaga listrik, jenis sumber energy primer dan kebutuhan investasi yang diperlukan. RUKN ini akan dijadikan acuan bagi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dan Pemegang Izin Usaha Ketenegalistrikan Untuk kepentingan Umum (PIUKU) dalam usaha penyediaan tenaga listrik.
Sejalan dengan perbaikan kemampuan dari perangkat keras, perangkat lunak PC juga terus mengalami perbaikan. Spead sheet seperti EXCEL merupakan perangkat lunak yang telah banyak dipakai dalam perencanaan energy. Disamping itu perangkat lunak yang khusus didesain untuk perencanaan energy sudah banyak digunakan seperti MARKAL (Market Allocation), EFOM (Energy Flow Optimisation Model), LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning System), dan ENPEP (Energy and Power Evaluation Programme). Masing-masing perangkat lunak mempunyai kelebihan dan kelemahan. Model MARKAL, DKL dan EFOM menggunakan teknik optimasi, sedangkan LEAP menggunakan teknik simulasi untuk mengevaluasi berbagai pilihan teknologi penyediaan energy. Model ENPEP menggunakan pendekatan keseimbangan antara permintaan dan penyediaan energy berdasarkan harga dan kualitas energy. Model MARKAL dan DKL merupakan model yang sangat rinci dalam mempersentasikan teknologi dan sudah banyak digunakan baik di Negara maju maupun negara berkembang. Model ini juga mampu untuk memodelkan permasalahan system energy yang sangat kompleks. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut konsep dan aplikasi dari model MARKAL untuk optimasi penyediaan energy.

III. Metodologi Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Listrik

Mengingat bahwa Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara telah terinterkoneksi pada jaringan transmisi 150 kV, maka PT PLN (persero) menyatukan dalam satu pelayanan yang dilakukan oleh wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulseltra). Sehingga kondisi beban puncak wilayah sulseltra pada tahun 2004 adalah sebesar 490 MW dengan produksi sebesar 2.485 GWh, dan rasio elektrifikasinya sebesar 53,8 % , sekitar 85 % dari beban ini dipasok oleh system Makassar melalui jaringan transmisi 150 kV dan sisanya dipasok pembangkit terisolasi yang tersebar di seluruh wilayah Sulseltra. Penjualan pada tahun 2004 mencapai 2.066 GWh dengan komposisi penjualan per sector pelanggan untuk rumah tangga adalah 1.090,4 GWh (52,7%), komersial 266,6 GWh (12,9%), Industri 52,8 GWh (25,5%), public 183,3 GWh (8,8%).
Proyeksi kebutuhan listrik dibuat sesuai dengan rencana Pemerintah yang dituangkan dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional “RUKN”, dimana RUKN tersebut setiap tahun direvisi. Proyeksi kebutuhan listrik per sektor wilayah pemasaran PLN Cabang Sulselbar dari tahun 200 s.d. tahun 20 diambil dari hasil proyeksi kebutuhan listrik yang ada di PLN tersebut.
Data historis dalam menyusun proyeksi kebutuhan listnik dari tahun 2008 s.d. tahun 2015 menggunakan Model DKL 3.01 adalah
1. Penjualan listrik PLN,
2. Jumlah penduduk,
3. PDB (Produk Domestik Bruto), dan
4. Ratio elektrifikasi.
Pendekatan yang dipakai dalam memproyeksikan kebutuhan energi adalah pendekatan ekonometrik dengan memadukan analisis data statistik penjualan listrik dan pertumbuhan ekonomi. Dinama Ekonometrika adalah merupakan cabang dari ilmu ekonomi yang bertugas mengkaji hubungan–hubungan ekonomi yang terjadi di masyarakat. Seseorang yang ingin belajar ekonometrika sebaiknya harus sudah mempelajari dasar-dasar statistik, ilmu ekonomi makro, ekonomi mikro dan tentu saja ekonomi umum.
Selanjutnya, dengan mengacu pertumbuhan dan proyeksi kebutuhan listrik dari tahun 200 s.d. tahun 20 dapat di perkirakan kebutuhan listrik dari tahun 2008 s. d. 2015 untuk PLN wilayah VII Cabang Sulselbar.

3.1. Prakiraan Penduduk dan Produk Domestik Rata – rata Bruto (PDRB).
Prakiraan penduduk dan laju pentumbuhan PDRB diambil dari perkiraan pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan PDRB yang diperoleh berdasarkan data sebelumnya yang diketahui dan di hitung berdasarkan persamaan yang ada. Dalam memproyeksikan penduduk, kondisi penkembangan penduduk menjadi landasan prakiraan. Berdasarkan hasil pengamatan pada data historis pertumbuhan penduduk yang diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS), ternyata setiap 10 tahun, pertumbuhan penduduk di Makassar cenderung mengalami penurunan dengan perbedaan berkisan 0,3-1,5%.















baca selanjutnya...

4download Lagu

4download Lagu
enjoy it

BLOG TETANGGA

Pengikut