Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

IP

Senin, 29 Juni 2009

tahun 2010 tidak ada lagi bede polisi nakal

Mabes Polri akan meningkatkan kesejahteraan anggotanya yang berjumlah lebih dari 300 ribu personel. Dengan demikian tidak akan ada lagi polisi nakal di lapangan.

"Kita berharap dengan kesejahteran meningkat, tidak lagi ada alasan anak-anak bermain-main di lapangan atau nakal di lapangan, atau menyimpang di lapangan sudah nggak ada lagi," ujar Kapolri Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri (BHD) usai menghadiri ziarah di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (30/6/2009).

Menurut Kapolri peningkatan kesejahteraan dilakukan dalam bentuk renumerasi anggotanya berdasarkan kinerja di lapangan. Pemberian renumerasi akan dilakukan mulai tanggal 1 Januari 2010.

"Mulai 1 Januari 2010 kita bersyukur, anggota-anggota kita di lapangan sudah ada peningkatan
kesejahteraan," terang jenderal bintang empat tersebut.

Kapolri juga menjelaskan mengenai peningkatan pelayanan Polri. Terhitung tanggal 1 Juli, Polri akan meluncurkan program reformasi birokrasi Polri. Program ini nantinya diharapkan dapat mempermudah masyarakat dalam mengurus surat-surat kendaraan bermotor.

"Nanti akan ada pelayanan SIM, STNK dan BPKB serta asuransi dan juga pelayanan operasional di lapangan
yang menggunakan banking system, ini sudah sampai seluruh Polres," tegas pria kelahiran Bogor tersebut.

baca selanjutnya...

Minggu, 21 Juni 2009

Merombak Stereotipe Presiden RI mesti Tokoh berdarah Jawa

Sejak berdirinya Republik Indonesia, belum pernah ada pemimpin nomer satu kita yg diluar Jawa.... lebih tepatnya yg berbiologis murni tidak jawa.. Dulu semasa kemerdekaan ada Mr.Assad yg presiden RIS asal Minangkabau, tapi belum betul-betul presiden RI, lalu sebelumnya semasa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, ada Mr.Syafruddin Prawiranegara yg orang Sunda-minang. .. Sekarang? setelah reformasi ada BJ Habibie yg bugis-jawa.. lalu Megawati yg masih berbiologis keturunan Jawa dari bapaknya mendiang Sang putra fajar Soekarno.. semua mesti berunsur darah jawa supaya wong jowo bersedia milih... maka makin menguat mitos itu yaitu bahwa presiden RI mesti punya darah jawa...

Maka untuk menghilangkan mitos presiden musti orang jawa, kita perlu banyak langkah...

Perlu sosialisasi bahwa ini negara berbhinneka tunggal ika.. bersatu dalam perbedaan... bukan bersatu dalam penunjukan satu hal termasuk dalam hal pemilihan presiden... maka sudah seharusnya kita berfikir supaya tidak ada lagi stereotipe bahwa ini bukan negeri berpemerintahan jawa.... ini negeri berprinsip
bhinneka.. mesti diterima suku bangsa yg berbeda selaku pemerintahan yg diterima oleh semua termasuk orang jawa yg 60% itu...

Kemudian bahwa prinsip pluralisme perlu juga ada dalam pilpres Indonesia..plural bukan hanya jargon sistem sosial tapi juga haruslah dalam hal penunjukan seorang pimpinan... Plural artinya diterima seseorang lain selain yg mayoritas untuk pimpin negara.. India sudah lebih maju dalam hal Demokrasi dibanding si Indonesia.. kemarin terpilih Manmohan Sigh selaku PM India yg mana orang sigh betul-betul adalah minoritas dgn 1-2% dari populasi India... ini yg seharusnya
juga berlangsung dinegara kita..

Lalu memang komposisi penduduk harus mengalami perombakan.. orang jawa yg doyan kawin muda... kawin cerai.. kawin sirri mesti dirombak mentalitynya dgn berbagai propaganda yg ditujukan khusus bagi penduduk jawa yg sesak.. Kawin mesti sudah diusia matang dan dgn pertimbangan ekonomi dan sosial, bukan hanya sebagai wahana pelepasan sesak biologis saja lalu beternak manusia lebih dan lebih banyak lagi... rahim orang jawa memang subur-subur, maka tugas orang luar jawa untuk mengingatkan itu..

semakin banyak penduduk jawa, maka semakin banyak subsidi ekonomi dan sarana prasarana untuk mereka dari pemerintah, dan akan makin berkurang jatah subsidi untuk penduduk luar jawa... ini termasuk politik juga untuk jawa tetap dominan dan tetap mendapat kucuran ekonomi dari anggaran keuangan negara... banyak anak berarti banyak mendapat subsidi...

Dgn itu mesti kita berteriak dgn keras ke otak dan pikiran mereka dgn segala cara termasuk berbicara kepada pers, kalau perlu kita bikin gugatan bahwa sudah waktunya orang jawa hanya beranak satu orang sebagaimana propaganda pemerintah cina pada warganya..

Lalu saya kira kita mesti himbau dan sosialisasikan juga supaya semua orang jawa bersikap legowo bersedia menerima orang luar jawa selaku pimpinan mereka.. ini memang sulit sebab komposisi pemduduk jawa kebanyak petani nelayan yg taraf berfikir mereka masih sabdo pandhito ratu... dan ratunya mesti orang jawa...

Satu-satunya jalan adalah manfaatkan pilihan politik kita dan pilih yg non jawa.. ini kalau mau menerapkan bhinneka tunggal ika berprinsip pluralisme.. .

baca selanjutnya...

Rabu, 10 Juni 2009

SBY Dinilai Tak Menarik untuk Kaum Muda

Sosok calon presiden (capres) SBY dinilai tidak menarik bagi kaum muda. Dengan sikapnya yang kaku, pesaing SBY lainnya dinilai lebih mampu menarik pemilih muda.


"Pendekatan SBY yang formalitas dan kaku tidak menarik untuk kaum muda. Kegiatan yang formalitas apalagi erat kaitannya dengan persepsi lamban dalam mengambil keputusan," ujar Direktur LIMA Ray Rangkuti dalam acara diskusi 'Perilaku Pemilih Muda dalam Pilpres 2009' di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Jakpus, Rabu (10/6/2009).

Kata 'Lanjutkan' yang menjadi ciri khas SBY tidak akan mampu lagi menarik pemilih. SBY juga dinilai tidak mampu menginspirasi perubahan.

Bahasa tubuhnya dibanding dengan kandidat lain yang tubuhnya kecil mungil, lincah dan lebih informal. Siapapun yang memenangkan anak muda, akan memenangkan pemilu kali ini," paparnya.

Ray menilai, isu neolib atau anti neolib merupakan isu penting bagi kaum muda. Terbukti, dalam setiap kampanyenya, SBY malah sibuk membantah isu tersebut.

"Dalam kampanye, SBY tidak memberi catatan lima tahun ke depan tapi malah membantah isu-isu seperti isu kerudung atau isu neolib," jelasnya.

baca selanjutnya...

Rabu, 03 Juni 2009

Pancasila - Dongeng mengharukan

Sering kita lupa bahwa tanggal 1 Juni adalah hari lahir Pancasila dasar Negara kita yang saat ini menapaki usia ke – 64 th, – apalagi saat ini kita tengah berada di pusaran hiruk pikuknya – aneka kepentingan, kampanye kekuatan menuju kekuasaan – maka keberadaan nilai luhur Pancasila menjadi nomor ke sekian, alias nomor buncit… bahkan terlupakan – itu bagi yang tua, saya tidak tahu bagaimana untuk para pemuda, remaja dan generasi muda Indonesia di berbagai pelosok penjuru tanah air.

Maka saat ini kita bangga ada beberapa bahkan tidak sedikit anak-anak bangsa yang merasa terpanggil untuk memenuhi tugas pengabdian bagi kelangsungan dan kelestarian bangsa Indonesia. Maka nilai-nilai dasar Negara menjadi penting untuk di gelorakan dan di eksplore/digali lebih mendalam lagi.

Seperti disampaikan oleh Yurnaldi di harian Kompas, seusai menonton tampilnya para seniman sadar kebangsaan – atau para seniman negarawan sebagai berikut:

“…/Tanah kami tanah kaya/

laut kami laut kaya/

Kami tidur di atas emas/

Berenang di atas minyak/

Tetapi bukan kami punya”

(Nyayian “Suara dari kemiskinan” ciptaan Franky Sahilatua)

Nyanyian Franky itu mengantar Garin Nugroho “Mendongeng untuk Bangsa” di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Senin 1/6 malam. “sebuah dongeng gabungan atara visi, pengalaman, emosi, empati, dan cara berpihak terhadap masalah masyarakat” ujar Garin.

Dongeng tentang kemiskinan yang dikisahkan oleh Garin membuat bulu kuduk berdiri. Sebelumnya Garin sempat bercerita bahwa di tengah hingar bingar politik saat ini, kita justru kehilangan civic forum dan cara menyampaikan nilai bangsa, yaitu Pancasila.

Maka, dongeng Pancasila sebagai sebagai salah satu seri Dongeng Bangsa adalah cara menumbuhkan nilai civic forum, justru ketika masyarakat politik terkikis oleh politik uang, citra, konsumerisme dan kekuasaan itu sendiri. Masyarakat yang tak cukup respek pada nilai dasar seperti Pancasila karena hanya dianggap dongeng.

Mengharukan

Kolabirasi Garin dan Franky menyampaikan dongeng tidak saja mengharukan, tetapi juga “mencubit” siapa saja dengan pedih dan dalam.

Franky dengan syair-syair lagunya yang sarat dengan tema sosial kemasyarakatan, yang saat ini kerap dimainkan di panggung-oanggung musik nonkomersial, dipadu dongeng-dongeng lokal dan global Garin yang sarat kritik pedas setelah berkaca pada realitas negeri ini.

Saat menggambarkan masyarakat Papua, diceritakan peristiwa 15 tahun lalu ketika masyarakat Papua dengan mudah memanfaatkan alam. Ada seorang pemuda yang setiap Senin mengambil biji kemiri. Selasa menangkap ikan di sungai. Rabu, kamis, dan hari-hari selanjutnya diisi dengan aktifitas yang berbeda.

Kini, aktivistas tersebut tak bisa dilaksanakan lagi seiring dengan hancurnya alam Papua. Sumber daya alam Papua di eksploitasi dan tidak membawa manfaat apa-apa buat masyarakat Papua. Namun, masyarakat Papua yang tidak ikut merusak alam malah dipinggirkan dan dianggap tidak bisa mengikuti perkembangan zaman…

Begitu juga ketika Garin berkisah soal Nusa Tenggara. Franky membawakan lagu “Ika No’o Nio”, cerita soal ikan dan kelapa. Garin bercerita soal upacara adat untuk berterima kasih kepada orangtuanya. Di hadapan masyarakat, anak yang sudah jauh merantau dan berhasil mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tuanya.

Garin menceritakan, ada empat anak yang telah berhasil meraih gelar sarjana di perguruan tinggi terkemuka di Pulau Jawa berkat perjuangan dan kerja keras orangtuanya. Ibu bapaknya mengutang beras, pinjam garam, dan pinjam uang untuk biaya sekolah anak-anaknya.

Ketika sudah berhasil dan kembali ke desa untuk mengikuti upacara adat terima kasih, banyak anak yang sangat bangga pada perjuangan orangtuanya. Mereka bersyukur dan berterima kasih akan jerih payah orangtuanya. Namun, tradisi berterima kasih ini tidak dilakukan para elite politik…

Seusai dongeng dari timur, Garin juga mendongeng soal pertumbuhan ekonomi; sepotong buah apel dari Malang. Kisah betapa produk impor membanjiri negeri ini. “Kita adalah makelar-makelar dari perampok kehidupan untuk diri kita. Kita budak dari Paman Sam,” ujarnya.

Mengalahkan Amerika

Setelah sesi pertama, pengamat politik Sukardi Rinakit menyampaikan cerita global, tentang cita-cita anak China dan India. Sejak kecil mereka sudah disosialisasikan, bukan indoktrinasi, bagaimana tahun 2020 mengalahkan Amerika Serikat.

“Ketika anak kelas VI SD di China ditanya apa cita-citanya, mereka menjawab mengalahkan Amerika. Menguasai hardware mengalahkan Amerika,” ujarnya.

Sementara budayawan Radhar Panca dahana berkisah bagaimana bangsa ini diisi keragaman 460 suku dan 750 bahasa. “Bisa bersatu karena kemampuan berbagai,” ungkapnya.

Menurut Radhar bangsa ini harus menemukan diri lewat dongeng. Dongeng Pancasila.

Setelah sesi Sukardi dan Radhar, Garin kembali mendongeng. Ketika lagu “40” mengalun, Garin mendongeng tentang Mussolini.

“Kita hidup di negeri penuh tapi… Tak memiliki rasa haru. Seperti kata pacar Mussolini, jika tak punya rasa haru, kita pergi....,” ujar Garin.

---------

Proficiat dan terima kasih untuk para founding fathers yang telah menemukan, menggali dan menanam Pancasila sebagai dasar negara, serta para pekarya seni yang selalu berapi-api, membakar gelora jiwa, raga dan karakternya sebagai bangsa Indonesia.

Pancasila adalah dasar negara untuk menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat!

baca selanjutnya...

titipan paman sam buat SBY jika jadi no 1

Seorang mantan Menteri di era Pemerintahan pasca Soeharto, mengaku memperoleh banyak masukan dari beberapa orang yang selama ini menjadi anggota Tim Sukses SBY. Informasi itu menyangkut issue seputar keterlibatan Amerika Serikat dibelakang kenaikan SBY sebagai Presiden RI. Ternyata keterlibatan semacam AIPAC, Pentagon, NSC, China perantauan, dan para Lobbyist Indonesia di Kongres negara adidayaa itu tidak bohong 100 persen. Keterlibatan mereka memang ada, meski ditutup-tutupi oleh kedua belah pihak.

Menurut mantan menteri yang hobbinya mancing itu, beberapa "tuntutan" negara adidaya itu memang masuk akal bagi kepentingan kapitalis globalnya. Dulu ketika dia masih menjabat di pemerintahan, daftar "keinginan" negara adidaya itu juga pernah disodorkan Presiden kepadanya yang menerima "pesan" itu melalui Dubes AS di Jakarta. Tapi kondisi dalam negeri yang saat itu sedang "chaos" akibat angin Reformasi yang berhembus kencang, sehingga beberapa bagian tuntutan itu tak semuanya bisa "dibayarkan" hingga dia keluar dari kabinet karena berubahnya pemerintahan saat itu.

Menurut mantan menteri ini, mungkin saja AS masih menagih atas daftar tuntutannya yang belum kesampaian di negeri ini. "Nah, secara kebetulan pak SBY yang mau menerima "syarat" itu", katanya enteng. Apa saja sebenarnya yang diinginkan pihak Amerika untuk negeri kita saat ini?

Di bidang Ekonomi

Mantan Menteri itu mengatakan tuntutan negeri Paman Sam itu masih berkisar pada izin konsesi untuk tambang minyak dan gas bumi serta mineral lainnya. Misalnya saja izin konsesi untuk tambang tembaga dan emas di pulau Irian yang dikerjakan oleh PT Free Port. Mereka minta konsesi 100 thn untuk explorasi dan produksi, serta tambahan cakupan wilayah konsesi hingga mencapai 10 persen wilayah pulau kaya mineral itu.

Sementara untuk minyak dan gas bumi, mereka minta jaminan yang sama untuk PT Caltex Indonesia di Riau, PT Exxon untuk Aceh serta perluasan konsesi tambang migas untuk perusahaan UNOCAL di Kalimantan dan lepas pantainya. Dan diizinkan pula perusahaan AS ini membuka konsesi baru di wilayah kepala burung pulau Irian yang kaya itu.

Sementara untuk explorasi tambang gas terbesar di dunia, yaitu kepulauan Natuna, buah hasil kunjungan Presiden Clinton ke Jakarta beberapa tahun lalu, mereka juga prinsipnya meminta jaminan hukum dan kepastian yang membuat investasi mereka kelak di wilayah itu aman dari berbagai tuntutan rakyat Indonesia.

Untuk sektor diluar pertambangan, kepentingan ekonomi AS yang diangap penting di negeri ini adalah operasi Lembaga Keuangan dan Perbankan Internasionalnya. Kata pak mantan menteri itu, mereka meminta Bank Indonesia dan Depkeu mengizinkian pembukaan cabang-cabang yang lebih luas untuk operasi perbankan dan lembaga keuangan asing, termasuk pasar uang dan pasar modal, di semua ibukota propinsi dan kota-kota metropolis lainnya di Indonesia. Selama ini memang operasi bank-bank asing semacam Citibank, terbatas di Jakarta dan kota besar di Jawa saja seperti Bandung dan Surabaya.

Sementara itu mereka juga meminta SBY kelak lebih mempererat kerjasama ekonomi dengan teman lama yaitu IMF, WB dan forum APEC. Juga menyangkut kebijakan Pemerintah Indonesia ke depan yang menjamin terjadinya proses Liberasi Ekonomi yang lebih agresif dan sehat. Termasuk melanjutkan privatisasi BUMN seperti zaman pemerintahan Megawati. Dan diizinkannya pihak asing menguasai asset BUMN hingga 100 persen dalam 5-10 tahun ke depan. Pesanan yang terakhir ini, kata pak mantan menteri itu, lebih merupakan "pesanan" para China Hoakiao yang berjasa memberikan pendanaan kepada partai Demokrat. Mereka ini di koordinasi oleh BUMN Singapore yang selama ini rajin memborong asset-asset Pemerintah RI yang dilego Megawati melalui kementrian BUMN.

Bahkan atas titipan Singapore tampaknya, pihak AS minta agar diizinkannya 'menyewa' dan 'mengexplorasi' beberapa pulau kecil yang tidak berpenghuni ke pihak asing dengan perlindungan hukum yang jelas. Juga ada tuntutan untuk diberikannya jaminan kebebasan oleh otoritas moneter Indonesia dalam proses transfer dana hasil keuntungan jaringan bisnis Internasional yang beroperasi disini tanpa ada lagi pembatasan jumlah dana yang keluar Indonesia. Dan untuk menjamin terlaksananya kebijakan ini, tak tanggung-tanggung mereka menitipkan sejumlah nama calon Menteri Ekonomi yang akan paham betul bagaimana kepentingan AS disini antara lain: Sri Mulyani, Marie Pangestu,Iwan Jaya Aziz, Dorojatun K Jakti, Baihaki Hakim, dan ECW Neloe.

Di bidang Militer dan Keamanan Regional

Informasi yang didapat pak Menteri menyebutkan bahwa Pemerintah AS, khususnya Pentagon, menginginkan Pemerintahan SBY kelak mendukung upaya AS dan negara sekutunya untuk melakukan internasionalisi selat Malaka dalam jangka waktu 2-3 tahun ke depan. Sementara untuk dalam negeri, pihak AS tampaknya ingin sekali melihat reformasi juga terjadi secara prinsipiil dalam organisasi TNI. Mereka meminta Pemerintahan SBY mempelopori upaya penghapusan fungsi territorial TNI dalam kurun waktu 5 tahun pemerintahannya. Juga mereka mendesak agar kekuatan TNI-Laut yaitu armada timur dan barat dilebur dan dihapuskan menjadi komando utama saja yang berpusat di Jakarta.

Bagaimana dengan persenjataan TNI yang selama ini diboikot AS? Mereka meminta kepada Pemerintahan SBY kelak agar usaha modernisasi persenjataan TNI tetap mengacu pada sistem persenjataan negara adidaya itu. Mereka meminta pembelian senjata ex-AS dilakukan tidak langsung dan cukup senjata bekas pakai dari negara ketiga yaitu: Korsel, Taiwan dan Israel. Sementara itu mereka juga meminta Pemerintah SBY membentuk badan baru di bidang intelejen kepolisian (semacam FBI) dengan berintikan anggota Detasemen 88 yang sebelumnya telah dididik FBI untuk penanggulangan terrosime global.

Di bidang Politik dan Diplomasi

Mereka meminta agar Pelembagaan KPU dilakukan secara tetap untuk masa jabatan 5 tahun yad, melalui mekanisme hukum yang tegas dan lebih kuat sehingga tak mudah di intervensi dan digoyang DPR. Sementara di bidang otonomi daerah, mereka juga mengusulkan revisi UU Otonomi Daerah yang menjamin tiap Propinsi di Indonesia bisa lebih luwes dalam berhubungan secara langsung dgn pihak luar negeri, terutama dalam arus modal, tanpa menunggu Jakarta. Mereka juga berkeinginan melalu revisi UU Otoda itu, kelak propinsi-propinsi diIndonesia bisa mandiri sehingga suatu saat nanti akan mengarahkan NKRI menjadi negara Federal. Di bidang kepartaian, mereka meminta SBY agar bisa memikirkan sistem Multi Partai yang ada sekarang ini mulai dibatasi sehingga tersisa sekitar 2-3 parpol saja di masa depan seperti di AS.

Dalam diplomasi Internasional, pihak AS minta bantuan Pemerintahan SBY sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia ikut aktif membantu kebijakan AS di Timur Tengah. Indonesia diminta untuk mendekati negeri-negeri Arab garis keras untuk bersikap moderat dan membantu Israel untuk merumuskan formula perdamainnya sendiri di Palestina. Indonesia diharapkan AS berperan aktif pula dalam kampanye melawan terrorisme internasional yang menjadikan Islam sebagai tameng.

Islam Fundamentalis dan Dunia Kampus

Sementara itu untuk mencegah munculnya Islam Fundamentalisme dalam pendidikan di ponpes-ponpes di seluruh Indonesia, mereka mendesak Pemerintahan SBY kelak memiliki kewenangan mengatur ponpes-ponpes itu seperti Departemen Pendidikan mengatur sekolah-sekolah swasta. Pengaturan dan intervensi Pemrintah itu meliputi sistem pembelajarannya dan terutama kurikulum. Dan untuk mengimbangi perkembangan paham fundamentalisme di Indonesia, mereka mendesak agar Pemerintahan SBY kelak mendorong tumbuh-berkembangny a kajian-kajian Keislaman Moderat semacam Lembaga Kajian yang ada di negara-negara maju saat ini. Mungkin yang mereka maksud adalah semacam Jaringan Islam Liberal (JIL) yang sudah mereka danai selama ini.

Bagaimana dengan dinamika kampus-kampus di Indonesia yang selama ini menjadi sumber perubahan di Republik ini? Ternyata Pemerintah AS berencana akan meyekolahkan ratusan pemuda Indonesia kembali setiap tahunnya seperti di masa lalu, dengan program bea siswa yang didanai oleh Deplu AS dan Lembaga Donasi lainnya di AS. Maksud program itu intinya agar mereka memiliki persepsi yang pas tentang Amerika Modern dewasa ini. Pihak AS juga sudah akan membuka pusat-pusat layanan Informasi di berbagai kampus di seluruh Indonesia (sebuah sudah di bangun AS di Univ. Muhammadiyah Malang tahun ini), menyangkut informasi seputar kehidupan bangsa Amerika. Hal sama akan mereka lakukan melalui badan penyiaran Internasional AS yaitu "Voice of America (VoA)" yang akan merintis lebih banyak lagi unit-unit siaran mereka di Indonesia dalam bentuk kerjasama dalam materi pemberitaan dan siaran untuk radio maupun televisi di sluruh Indonesia.

Sumber Forum.swaramuslim. net

baca selanjutnya...

4download Lagu

4download Lagu
enjoy it

BLOG TETANGGA

Pengikut