Subscribe

Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

IP

Minggu, 21 Juni 2009

Merombak Stereotipe Presiden RI mesti Tokoh berdarah Jawa

Sejak berdirinya Republik Indonesia, belum pernah ada pemimpin nomer satu kita yg diluar Jawa.... lebih tepatnya yg berbiologis murni tidak jawa.. Dulu semasa kemerdekaan ada Mr.Assad yg presiden RIS asal Minangkabau, tapi belum betul-betul presiden RI, lalu sebelumnya semasa Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia, ada Mr.Syafruddin Prawiranegara yg orang Sunda-minang. .. Sekarang? setelah reformasi ada BJ Habibie yg bugis-jawa.. lalu Megawati yg masih berbiologis keturunan Jawa dari bapaknya mendiang Sang putra fajar Soekarno.. semua mesti berunsur darah jawa supaya wong jowo bersedia milih... maka makin menguat mitos itu yaitu bahwa presiden RI mesti punya darah jawa...

Maka untuk menghilangkan mitos presiden musti orang jawa, kita perlu banyak langkah...

Perlu sosialisasi bahwa ini negara berbhinneka tunggal ika.. bersatu dalam perbedaan... bukan bersatu dalam penunjukan satu hal termasuk dalam hal pemilihan presiden... maka sudah seharusnya kita berfikir supaya tidak ada lagi stereotipe bahwa ini bukan negeri berpemerintahan jawa.... ini negeri berprinsip
bhinneka.. mesti diterima suku bangsa yg berbeda selaku pemerintahan yg diterima oleh semua termasuk orang jawa yg 60% itu...

Kemudian bahwa prinsip pluralisme perlu juga ada dalam pilpres Indonesia..plural bukan hanya jargon sistem sosial tapi juga haruslah dalam hal penunjukan seorang pimpinan... Plural artinya diterima seseorang lain selain yg mayoritas untuk pimpin negara.. India sudah lebih maju dalam hal Demokrasi dibanding si Indonesia.. kemarin terpilih Manmohan Sigh selaku PM India yg mana orang sigh betul-betul adalah minoritas dgn 1-2% dari populasi India... ini yg seharusnya
juga berlangsung dinegara kita..

Lalu memang komposisi penduduk harus mengalami perombakan.. orang jawa yg doyan kawin muda... kawin cerai.. kawin sirri mesti dirombak mentalitynya dgn berbagai propaganda yg ditujukan khusus bagi penduduk jawa yg sesak.. Kawin mesti sudah diusia matang dan dgn pertimbangan ekonomi dan sosial, bukan hanya sebagai wahana pelepasan sesak biologis saja lalu beternak manusia lebih dan lebih banyak lagi... rahim orang jawa memang subur-subur, maka tugas orang luar jawa untuk mengingatkan itu..

semakin banyak penduduk jawa, maka semakin banyak subsidi ekonomi dan sarana prasarana untuk mereka dari pemerintah, dan akan makin berkurang jatah subsidi untuk penduduk luar jawa... ini termasuk politik juga untuk jawa tetap dominan dan tetap mendapat kucuran ekonomi dari anggaran keuangan negara... banyak anak berarti banyak mendapat subsidi...

Dgn itu mesti kita berteriak dgn keras ke otak dan pikiran mereka dgn segala cara termasuk berbicara kepada pers, kalau perlu kita bikin gugatan bahwa sudah waktunya orang jawa hanya beranak satu orang sebagaimana propaganda pemerintah cina pada warganya..

Lalu saya kira kita mesti himbau dan sosialisasikan juga supaya semua orang jawa bersikap legowo bersedia menerima orang luar jawa selaku pimpinan mereka.. ini memang sulit sebab komposisi pemduduk jawa kebanyak petani nelayan yg taraf berfikir mereka masih sabdo pandhito ratu... dan ratunya mesti orang jawa...

Satu-satunya jalan adalah manfaatkan pilihan politik kita dan pilih yg non jawa.. ini kalau mau menerapkan bhinneka tunggal ika berprinsip pluralisme.. .

0 komentar:

Posting Komentar

your Comment

4download Lagu

4download Lagu
enjoy it

BLOG TETANGGA

Pengikut